Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau IMF Kristalina Georgieva memberikan peringatan, kondisi ekonomi global akan mengalami pertumbuhan yang rendah pada tahun depan. Pemicunya ialah beban ekonomi yang ditanggung negara-negara didunia saat menangani masa krisis Pandemi Covid-19, hingga konflik atau peperangan di berbagai belahan dunia yang tak kunjung berakhir. Mengakibatkan tekana inflasi beberapa tahun terakhir tinggi, fragmentasi perdagangan global, hingga besarnya risiko resesi. Ia mengakui, berbagai negara dunia sudah menghabiskan beberapa tahun terakhir untuk menangani masalah tersebut, dan terbukti berhasil membuat ekonomi global menunjukkan ketahanan yang tinggi saat ini. Namun, efek dari penanganan berbagai masalah itu, ia tekankan beban utang global saat ini terus meningkat saat melambatnya pertumbuhan ekonomi. Diperburuk dengan tren semakin rendahnya produktivitas dunia.
Kunci dari menghadapi perlambatan ekonomi dan tingginya tekanan utang, menurut Kristalina ialah semua pihak harus benar-benar fokus untuk penciptaan lapangan kerja ataupun kewirausahaan, serta investasi pada para pekerja. Ia mengingatkan, reformasi seperti mengurangi rantai birokrasi, mengurangi hambatan kompetisi, dan mempercepat digitalisasi hanyalah beberapa cara untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan keterampilan, dan mempercepat transformasi ekonomi. Tapi, Kristalina mengingatkan, permasalahan produktivitas yang harus diselesaikan dengan kewirausahaan maupun investasi pada pekerja tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah atau pembuat kebijakan, sektor swasta juga wajib mengambil peran bila tak mau ekonomi terus menunju tren perlambatan.
IMF memperkirakan pertumbuhan global menjadi 3,2% pada 2025, sepersepuluh poin persentase lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juli. Sementara pertumbuhan jangka menengah mereka perkirakan akan merosot menjadi 3,1% dalam lima tahun ke depan, jauh di bawah tren sebelum pandemi. Meskipun demikian, kepala ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, mengatakan AS, India, dan Brasil menunjukkan ketahanan dan “soft landing”. Inflasi mereda tanpa kehilangan para pekerja besar-besaran di kedua negara itu.