Perguruan Tinggi Tertatih Hadapi Bonus Demografi

Kesiapan Indonesia memanfaatkan bonus demografi untuk kemajuan bangsa dinilai masih jauh dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah menjalaninya. Bahkan, ada tantangan selanjutnya setelah bonus demografi lewat untuk tetap memastikan pertumbuhan ekonomi tinggi dengan sumber daya manusia (St)M) produktif dan inovatif.

Tugas besar perguruan tinggi (PT) sebagai jembatan usia menuju profesional. Pekerjaan rumah kita tidak hanya akses, tetapi untuk memastikan investasi di pendidikan tinggi menghasilkan SDM berkualitas dan inovasi, kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nizam.

Nizam memaparkan, sampai saat ini angkatan kerja lulusan PT baru 12 persen serta 60 persen lainnya lulusan SD, SMP, bahkan tidak sekolah. Kondisi tersebut jauh dibandingkan dengan Korea Selatan yang ketika memasuki bonus demografi lulusan PT berkisar 50 persen. Dari berbagai data, bonus demografi menjadi kesempatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jepang meningkat hampir dua kali lipat, China 9,2 persen per tahun, serta Singapura sekitar 7 persen. Kondisi Indonesia sekitar 5,4 persen, jauh dibandingkan dengan Chink atau Singapura.

Kondisi PT di Indonesia secara umum tertatih-tatih dalam meningkatkan kualitas dan relevansi. Jumlah PT banyak, tetapi pembiayaan rendah. Sementara itu, pendanaan swasta ke PT kecil. Data dari Bank Dunia, baru 24 persen investasi swasta ke penelitian dan pengembangan (litbang). Adapun pemerintah masih sekitar 76 persen. Di Thailand, anggaran riset 75 persen dari swasta, sedangkan di Indonesia terbanyak pemerintah. Kita berupaya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi dengan desain. Karena itu, PT bermitra kuat dengan industri, dengan model matching fund, cukup berhasil, kata Nizam.

Search