Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, menyatakan ekonomi Indonesia mampu menunjukkan pencapaian impresif di berbagai leading indicator di tengah tantangan kondisi ketidakpastian global saat ini. “Di tengah kondisi ketidakpastian dan eskalasi dampak the perfect storm global, perekonomian kita justru menunjukkan resiliensi dengan capaian impresif di berbagai leading indicator,” ungkapnya. Airlangga menuturkan pencapaian ini tidak terlepas dari serangkaian kebijakan extraordinary measures dengan konsep people first policy yang diambil pemerintah dalam program penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Vaksinasi sebagai game changer dalam penanganan pandemi terus diakselerasi yang hingga saat ini tercatat telah dilakukan sebanyak lebih dari 445 juta dosis. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,39 persen (yoy) dan PMTB tumbuh 4,96 persen (yoy), sedangkan sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makanan minuman juga kembali pulih. Prospek positif itu diperkirakan terus berlanjut pada 2023 yaitu ekonomi nasional diperkirakan tumbuh 5,3 persen (yoy) sejalan dengan skenario sejumlah lembaga internasional yang memprediksi ekonomi Indonesia tahun depan tumbuh 4,7 persen sampai 5,1 persen. Kondisi inflasi nasional yang sempat dipicu oleh kenaikan harga BBM pada September dan melaju hingga sebesar 5,71 persen pada Oktober pun relatif telah terkendali dan turun menjadi 5,42 persen pada November. Tingkat inflasi Indonesia terhitung lebih baik dari banyak negara lainnya seperti Argentina 88 persen, Turki 85,5 persen, United Kingdom 11,1 persen dan Uni Eropa 10,7 persen.
Menurut Airlangga, perkembangan positif inflasi tidak terlepas dari pengaruh sinergi kebijakan yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia, Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Pemerintah juga telah melakukan upaya stabilisasi harga melalui kebijakan 4K yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif. Meski dibayangi potensi penurunan harga komoditas dan pelemahan permintaan global, capaian positif turut terjadi di neraca perdagangan yang pada Oktober 2022 surplus 5,67 miliar dollar AS atau melanjutkan surplus selama 30 bulan berturut turut sejak Mei 2020. Surplus neraca perdagangan itu merupakan imbas dari kinerja ekspor tahun ini yang menguat didominasi oleh peningkatan harga komoditas ekspor khususnya pada komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara, CPO dan besi baja.