Kementerian ESDM Indonesia mengakui adanya kenaikan permintaan batubara dari Eropa. Pengaktifan kembali pembangkit listrik tenaga batubara di sejumlah negara Eropa merupakan faktor utama pemicu meningkatnya permintaan global batubara dari Indonesia. Meski demikian, kenaikan harga batubara sebenarnya tidak melulu terkait peningkatan konsumsi global, tetapi juga karena disrupsi perdagangan jangka pendek dan konfigurasi ulang pasar batubara global. Akibatnya, hanya seminggu kemudian, harga batubara turun, mendekati harga sebelum perang Rusia-Ukraina. Perusahaan batubara terbesar di Jerman secara resmi juga mengumumkan, mereka menginvestasikan miliaran euro untuk mempercepat transisi energi dan secara bertahap akan menghapus pemakaian batubara pada 2030.
Perang di Eropa memang telah mengacaukan program transisi energi jangka pendek, tetapi pada saat yang sama perang ini juga mendorong terjadinya percepatan investasi dan pembangunan tenaga surya dan angin. Situasi ini semakin mendukung tekad Eropa untuk memastikan kebutuhan energinya akan sepenuhnya disuplai oleh energi bersih pada 2035 dan mengakhiri penggunaan batubara di masa depan. Alih-alih memanfaatkan harga batubara yang tinggi untuk menarik investor baru, Eropa justru semakin terdorong untuk mempercepat pengurangan permintaan jangka panjang batubara. Konsumen batubara global terbesar kini berlomba-lomba melakukan dekarbonisasi.
Padahal, lebih dari 85 persen ekspor batubara Indonesia saat ini terserap oleh negara-negara yang sudah menetapkan target emisi nol tersebut. Hal ini tentu mengancam prospek industri batubara Indonesia. Bagi Indonesia, kondisi ini menjadi momentum yang tepat untuk memanfaatkan penerimaan tak terduga dari lonjakan harga batubara yang sifatnya hanya sementara ini untuk mendanai program-program transisi energi. Mekanisme yang baru-baru ini diluncurkan pemerintah untuk menetapkan tarif energi terbarukan menjadi kesempatan untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan dan penghentian penggunaan batubara.
Ini hanyalah satu langkah dari banyak langkah yang diperlukan untuk merealisasikan transisi yang adil bagi pekerja batubara di seluruh Indonesia. Sebagai salah satu penghasil nikel dan timah terbesar di dunia, ada masa depan yang cerah di sektor pertambangan. Tetapi, Indonesia tak dapat mengabaikan sektor energi. Ketika harga batubara global mulai menunjukkan kerapuhan, ini adalah saat yang kritis bagi pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis di Indonesia untuk segera bertransisi ke energi bersih, yang pada akhimya dapat mengubah wajah sektor energi Indonesia.