Perburuan Migas Tingkatkan Risiko Konfrontasi

Sebuah laporan terbaru dari Prakarsa Transparansi Maritim Asia (Asia Maritime Transparency Initiative/AMTI) yang ada dibawah naungan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington DC mengatakan bahwa hampir semua pengklaim di Laut Tiongkok Selatan (LTS) telah berlomba-lomba untuk melaksanakan proyek eksplorasi minyak dan gas baru tahun ini dan semua itu akan semakin meningkatkan risiko konfrontasi dan bahkan bentrokan di perairan yang disengketakan.

“Banyak proyek eksplorasi baru berada di dalam apa yang disebut garis sembilan putus (nine-dash line) yang digunakan Tiongkok untuk menggambarkannya klaim maritimnya di LTS,” ungkap AMTI. “Padahal tahun lalu relatif sepi ketika menyangkut ketegangan hidrokarbon,” imbuh laporan itu seraya memperingatkan bahwa dengan proyek migas lepas pantai baru pada 2023, eksplorasi minyak dan gas bisa muncul sebagai titik nyala utama dalam perselisihan. Enam pihak yaitu Brunei, Tiongkok, Malaysia, Filia, Taiwan, dan Vietnam, memiliki klaim yang tumpang tindih atas sebagian LTS, tetapi klaim Tiongkok adalah yang terbesar yang hampir meliputi seluruh wilayah. Profesor John Quiggin dari University of Queensland, Australia, memperingatkan bahwa negara-negara di kawasan itu tidak boleh terlena dalam isu ini. “Sangat mudah konfrontasi semacam ini bisa meletus menjadi bentrokan yang sebenarnya, seperti yang terjadi di perbatasan darat antara India dan Tiongkok,” ucap nya.

Sejauh ini Tiongkok, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, yang sedang mengejar proyek minyak dan gas baru, sementara Filipia terus menangguhkan semua proyek di perairan sengketa LTS sejak 2014, menurut AMTI. Tiongkok sendiri telah memulai beberapa proyek gas di selatan Pulau Hainan termasuk dua ladang gas di cekungan Yinggehai dan dua lainnya di cekungan Qiongdongnan. Ladang gas ini terletak di daerah yang diklaim oleh Vietnam dan Tiongkok, menurut laporan AMTI. Vietnam dan Tiongkok telah banyak berselisih tentang aktivitas minyak dan gas di LTS di masa lalu. Hanoi menuduh Beijing terus-menerus melecehkan anjungan pengeborannya dan menekan perusahaan asing untuk berhenti bekerja sama dengan mitra Vietnam.

Search