Kompetisi antara Amerika Serikat dan China yang menajam akan membentuk perang dingin ekonomi baru. Situasi menjadi kompleks dengan sejumlah persoalan mutakhir lainnya yang ikut menggempur tatanan lama. Tampaknya persaingan geoekonomi ini semakin kentara sudah bergerak menyerupai, the new economic cold war, kata Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar pada seminar daring Universitas Prasetiya Mulya di Jakarta, Kamis (7/4/2022).
Persaingan geopolitik yang semakin tajam antara AS dan China, menurut Mahendra, sudah bergeser sangat cepat dan semakin meluas sehingga menjadi kompetisi geoekonomi baru. Bahkan, ini juga sudah masuk pada penyusunan kembali rantai pasok masing-masing negara tersebut. Hal ini terutama menyangkut produk teknologi tinggi, produk strategis, dan produk yang dianggap memiliki pengaruh pada kekuatan militer negara. Jadi, kita harus mengantisipasi economic cold war dalam perspektif intensitas dan kerangka waktunya, yang kalau dilihat dari kondisi geopolitik-nya, tampaknya tidak akan selesai setidaknya perkiraan sampai saat ini dalam 10 tahun ke depan. Itu adalah kondisi yang sedang terjadi, terlepas dari kondisi di Ukraina. Selain perang dingin ekonomi tersebut, ada beberapa variabel lain yang diperkirakan akan memengaruhi tata dunia baru yaitu krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, gangguan rantai pasok, serta keterbatasan pasokan energi dan pangan.