Israel mengirimkan jet tempur ke Lebanon, Senin. Serangan itu menargetkan wilayah timur, yang diklaim merupakan depot senjata kelompok Hizbullah. Dilaporkan sejumlah ledakan besar terjadi. Kekerasan sebagian besar terbatas pada wilayah perbatasan Lebanon-Israel, meskipun kekhawatiran akan eskalasi muncul karena Hizbullah dan Iran berjanji menanggapi pembunuhan kepala operasi Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut dan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB, kekerasan sejak Oktober telah menyebabkan lebih dari 110.000 orang mengungsi di Lebanon selatan. Di Israel, pihak berwenang mengatakan sekitar 100.000 orang telah mengungsi di wilayah utara negara itu. Kekerasan lintas batas telah menewaskan 585 orang di Lebanon, sebagian besar pejuang Hizbullah tetapi termasuk sedikitnya 128 warga sipil, menurut penghitungan AFP. Di pihak Israel, termasuk di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi, 23 tentara dan 26 warga sipil tewas, menurut data militer.
Sementara itu, sebuah drone Hizbullah diduga menyusup ke Israel utara dan merekam rumah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu di Kaisarea. Drone tersebut terdeteksi oleh radar kapal rudal, tetapi tidak terdeteksi oleh sistem kontrol lainnya. Meskipun telah ada peringatan, jet tempur yang dikirim ke area tersebut tidak dapat menemukan drone tersebut. Kantor Netanyahu sendiri telah menanggapi laporan tersebut, menyatakan bahwa itu adalah “alarm palsu” dan mengklarifikasi bahwa PM tidak berada di rumahnya di Caesarea pada saat itu.