Pelaku bisnis logistik harus beradaptasi menghadapi perubahan rantai pasok global. Namun, mereka tetap memperhatikan ketahanan perekonomian dalam negeri. Beberapa kondisi yang harus dihadapi pengusaha adalah peningkatan beban logistik dan terbatasnya ketersediaan kargo penerbangan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) Trian Yuserma menyatakan bahwa kenaikan tarif tol, upah, hingga harga bahan bakar menjadi faktornya. Namun, tarif jasa pengiriman barang memang belum mengalami peningkatan dari sebelum pandemi. Asosiasi pun mengimbau anggotanya untuk melakukan penyesuaian harga atau kenaikan harga minimal 10 persen.
Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi menegaskan, para pemain logistik di sektor darat, laut, dan udara harus memiliki perspektif lebih luas demi menjaga ketahanan ekonomi nasional. Dari sisi bisnis logistik, imbas perang Rusia-Ukraina telah mengubah geopolitik di kawasan Eropa. Isu pangan global juga mengakibatkan multiplier effect pada pemenuhan rantai pasok global. Yukki mengungkapkan, hingga kini kesulitan kapal tidak hanya terjadi pada kapal kontainer, tetapi sudah merembet pada kapal-kapal curah. Namun, kebijakan pemerintah sampai saat ini masih tepat dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional sehingga inflasi bisa terkendali. Salah satunya adalah hilirisasi industri. Jika terus bergantung pada ekspor komoditas mentah, Indonesia akan mudah terpuruk ketika nilai jual komoditas tersebut menurun.