Penguatan Dollar Amerika Serikat Hancurkan Perdagangan Global

Dollar Amerika Serikat (AS) sebagai penggerak perdagangan dunia menguat atau terapresiasi pada level tertinggi dalam sejarah modern. Kenaikan itu terutama dipicu kenaikan agresif suku bunga the Fed. Menurut Bloomberg, setelah kembali dinaikkan 75 basis poin pada Rabu pekan lalu, telah meninggalkan jejak yang menghancurkan melalui kenaikan biaya impor pangan dan memperdalam kemiskinan di sebagian besar dunia. Selain itu juga memicu gagal bayar utang dan menggulingkan pemerintah di Sri Lanka, menumpuk kerugian bagi investor di saham dan obligasi.

Menurut beberapa laporan, dollar AS sekarang berada pada titik tertinggi sepanjang masa. Sejak pertengahan 2021, telah meningkat sebesar 15 persen terhadap sejumlah mata uang. Dengan tekad Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga guna meredam inflasi, maka langkah itu berarti menjerumuskan AS dan ekonomi global ke dalam resesi. Sebagian besar pengamat pun menilai tidak ada satu pun upaya yang bisa menghentikan kenaikan dollar. Kenaikan mata uang AS yang meroket dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di seluruh dunia karena merupakan pelumas untuk perdagangan global, kira-kira 40 persen dari 28,5 triliun dalam perdagangan global tahunan dinilai dalam dollar AS. Pertumbuhannya yang tanpa henti berisiko menciptakan lingkaran kematian yang mandiri.

Konsekuensinya, mata uang dari banyak ekonomi utama saat ini menderita. Selain jatuhnya euro, yen Jepang telah jatuh ke level terendah 24 tahun karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi. Bagi banyak pasar negara berkembang, kerusakannya bahkan lebih besar. Rupee India, peso Cile, dan rupee Sri Lanka mencapai rekor terendah tahun ini meskipun ada upaya oleh beberapa bank sentral untuk mencoba memperlambat penurunan. Otoritas Moneter Hong Kong membeli dollar lokal untuk melindungi pasar mata uang, sementara bank sentral Cile meluncurkan intervensi 25 miliar dollar AS setelah peso turun lebih dari 20 persen dalam lima minggu.

Search