Pengendalian Impor Tak Cukup untuk Perbaiki Kinerja Manufaktur RI, Ini Usul Core

Pengendalian impor dinilai bukan jalan satu-satunya dalam mendorong kinerja manufaktur RI, Core Indonesia mengusulkan agar pemerintah juga fokus pada sisi permintaan (demand). Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan akar dari masalah daya beli masyarakat sendiri yaitu kesenjangan kesejahteraan dan tingkat pendapatan per kapita sehingga memengaruhi konsumsi per kapita terhadap produk manufaktur RI. “Pendekatannya harus dari sisi demand, peningkatan income, pengendalian inflasi, dan pendekatan supply yang membuat harga menjadi relatif terjangkau sesuai tingkat income masyarakat,” kata Faisal saat dihubungi, Kamis (6/6/2024).

Meskipun, Indonesia telah mampu masuk dalam kategori negara upper middle income, namun sebagian besar struktur pendapatan masyarakat masih di kategori menengah ke bawah sehingga memengaruhi konsumsi per kapita untuk produk manufaktur. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) pendapatan per kapita Indonesia sebesar US$4.919,7 atau setara Rp75 juta per orang pada tahun 2023. Sementara itu, berdasarkan data Susenas 2021, penduduk kelas pendapatan menengah ke bawah mendominasi yakni sekitar 69,05%. “Peningkatan daripada konsumsi produk manufaktur akan bergantung pada peningkatan kesejahteran, kecepatan peningkatan income riil daripada masyarakat,” tuturnya.

Untuk diketahui, sebelumnya Kementerian Perindustrian menyebut peluang gap consumption per kapita produk manufaktur seperti mobil, keramik, dan kosmetik lokal masih tinggi sehingga perlu dioptimalkan oleh produsen lokal. Namun, permasalahan banjir impor produk jadi manufaktur menghalangi konsumsi produk lokal. Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif menilai ada potensi besar pasar produk manufaktur di Indonesia yang diukur dari gap consumption per kapita tersebut. Terlebih Indonesia sedang mengejar target untuk menjadi middle upper dan high income country. “Dengan purchasing power per capita yang semakin meningkat, maka semakin banyak peluang untuk mengisi gap consumption per capita di Indonesia,” jelasnya.

Search