Pemerintah Bali mengakui turis asing yang bekerja secara ilegal makin marak, dan akan mengambil langkah membentuk satuan tugas khusus untuk menanggulanginya. Sebelumnya, sejumlah unggahan menyebutkan turis asing di Bali bekerja secara ilegal dengan menawarkan jasa fotografi, latihan bersepeda motor, berselancar, cukur rambut, sampai jualan sayur. Hal ini membuat sejumlah warga Bali khawatir ruang pendapatan mereka semakin sempit. Seorang pakar hubungan internasional berpendapat persoalan ini tak lepas dari konflik Rusia-Ukraina di mana kedua warga negara berupaya untuk menghindarinya dengan memilih Bali yang nyaman untuk ditinggali.
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengaku sedang kebut membentuk satuan tugas khusus untuk membenahi turis asing yang bekerja secara ilegal. Satgas ini melibatkan kepolisian dan kantor imigrasi. Cok Ace mengakui keberadaan turis asing yang bekerja secara ilegal di Bali sudah dilaporkan sebelum pandemi Covid-19. Tapi saat itu, umumnya turis asing bekerja secara ilegal pada “posisi level tinggi di bidang marketing dan restoran. Sejauh ini pihak Pemprov Bali belum mendata laporan dugaan turis asing yang bekerja secara ilegal. Tapi, Cok Ace menggambarkan sejumlah temuan kasus yang diduga terkait hal ini.
Pakar hubungan internasional, Teuku Rezasyah mengamati persoalan ini secara serius, karena menurutnya bisa berdampak terhadap minat turis dari negara lainnya. Indonesia dianggap tidak optimal menyelesaikan pelanggaran visa oleh warga asing. “Bisa secara drastis mengurangi kedatangan wisatawan asing yang benar-benar ke Indonesia. Akibatnya target pariwisata kita tidak tercapai,” kata Rezasyah. Selain itu, keberadaan turis asing asal Rusia yang bekerja tidak sesuai visanya tak lepas dari faktor geopolitik perang Ukraina-Rusia. Bali, kata dia, merupakan lokasi yang paling aman untuk ditinggali dan menghindar dari wajib militer. “Karena dari pada nanti ikut wajib militer dengan risiko kematian yang tinggi, mendingan gabung di luar negara Rusia kemudian kalau sudah bisa mendeteksi sejak dini kabur ke Bali,” kata Rezasyah.
Peneliti senior hubungan internasional dari Strategic and International Studies (CSIS), Fitriani menilai turis yang bekerja ilegal di Bali bukan sekadar persoalan geopolitik. Tapi masalah perlunya penegakan hukum yang lebih kuat. Laporan-laporan dugaan turis yang bekerja di Bali perlu diverifikasi terlebih dahulu.
Berdasarkan laporan Dinas Pariwisata Bali, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Pulau Dewata mencapai 2,1 juta jiwa selama 2022. Jumlah turis asing didominasi dari Australia, India, Singapura, Inggris, Amerika dan Prancis. Sementara wisatawan asal Rusia menyumbang 58.031 kedatangan atau sekitar 2,69% dari total turis yang datang ke Bali di tahun yang sama. Namun, jumlahnya terus meningkat setelah invasi Moskow ke Kiev meletus. Di sisi lain, Ukraina menyumbang 7466 kedatangan atau 0,35% dari total turis di Bali pada 2022.