Pemimpin G20 Didesak Tidak Membiarkan Proteksionisme “Mengakar”

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, memperingatkan para pemimpin G20 agar tidak membiarkan proteksionisme perdagangan “mengakar” dan mengatakan fragmentasi ekonomi dunia ke dalam blok-blok geopolitik akan secara signifikan merusak pertumbuhan. Dalam sambutan yang telah disiapkan yang disampaikan pada KTT para pemimpin Kelompok G20, Georgieva mengatakan bahwa 345 juta orang di dunia kini menderita krisis pangan akibat perang Rusia di Ukraina, inflasi tinggi, dan bencana iklim. Georgieva mengatakan negara-negara G20 harus “mengizinkan perdagangan melakukan tugasnya”. “Menyingkirkan penghalang, terutama untuk makanan dan pupuk, dapat membantu mengatasi penderitaan ratusan juta orang,” kata Georgieva di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (15/11).

“Kita tidak boleh membiarkan proteksionisme berakar dan dunia hanyut ke dalam blok yang terpisah.”, tungkap Georgieva. IMF sudah lama memperingatkan terhadap fragmentasi ekonomi dunia ke dalam blok-blok yang dipim oleh Amerika Serikat dan sekutu Barat di satu sisi, dan Tiongkok dan ekonomi yang digerakkan negara lainnya di sisi lain. Georgieva mengatakan situasi ini akan menyebabkan perbedaan teknologi dan standar peraturan dan meningkatkan proteksionisme perdagangan. IMF menghitung bahwa dunia yang terbelah seperti itu akan kehilangan setidaknya 1,5 persen dari output PDB setiap tahun. “Dan biayanya akan jauh lebih tinggi – dua kali lebih tinggi atau lebih – untuk ekonomi terbuka, yang bergantung pada kerja sama internasional,” tuturnya.

Georgieva mengatakan masih ada waktu untuk menghindari situasi ini dan “mencegah berjalan dalam tidur ke dunia yang lebih miskin dan kurang aman”. Georgieva juga mengulangi seruannya kepada negara-negara G20 untuk mempercepat upaya untuk memberikan keringanan utang kepada negara-negara miskin yang terkena dampak Covid-19, limpahan perang Ukraina dan inflasi. Untuk 25 persen ekonomi pasar berkembang dan 60 persen negara berpenghasilan rendah, ini menghancurkan kemampuan mereka untuk menangani kerawanan pangan dan energi.

Search