Wakil Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Jakarta Billy Haryanto mengingatkan Pemerintah Indonesia agar segera mengantisipasi kekurangan stok beras. Billy menyebut stok beras di pasar beras terbesar di Ibu Kota, yakni Pasar Induk Cipinang, hanya tersisa sekitar 25.000 ton. “Kalau segitu, dua minggu saja akan habis,” ujar Billy. Billy mengatakan bahwa setiap hari Pasar Induk Cipinang menyuplai sekitar 2.000 ton beras ke berbagai pasar untuk dikirim ke berbagai daerah. Dengan stok yang terus menipis, stok beras dikhawatirkan tak akan cukup sampai akhir tahun. “Ini alarm bagi pemerintah, bahwa kita lagi kekurangan beras. Stoknya sangat mengkhawatirkan. Baru panen lagi kan bulan Februari,” ucap Billy.
Atas dasar itu, Billy mengaku tak sependapat dengan pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang menyebut stok beras surplus di akhir Oktober lalu. Menurut Billy, masalah pangan, terutama beras, jangan sampai dipolitisasi. “Kurang ya bilang kurang, cukup ya bilang cukup. Jangan seperti sekarang, kondisi kekurangan dibilang surplus. Menteri mesti bertanggung jawab ke rakyat,” sebut dia. Lebih lanjut, Billy menyebut bahwa harga beras saat ini juga sedang melambung tinggi.
Di pasaran, harga beras Rp 11.000 per kilogram. Harga tersebut merupakan harga beras belum masuk merek. Apabila dijual ke masyarakat, maka harganya pun akan melebihi dari harga tersebut. Billy menyebut, memang ada beras murah yakni beras Bulog dibanderol dengan harga Rp 8.900 per kilogram. Namun, Bulog juga membatasi untuk pedagang. Ia pun menyebut, yang bisa membantu pedagang hanya Bulog. Menurut Billy, kekurangan beras menjadi tanda-tanda krisis pangan itu nyata, seperti yang dibahas dalam pertemuan G20. “Tinggal tunggu bom waktu saja, krisis beras kemungkinan bakal terjadi,” ucap dia.