Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Sudan saat ini berada di ambang perang saudara skala penuh karena pertikaian yang tak kunjung usai. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyampaikan kekhawatirannya ini setelah serangan udara yang dilancarkan tentara pada Sabtu (8/7) lalu menewaskan 22 orang di Kota Omdurman. Wakil juru bicara Guterres, Farhan Haq, mengatakan bahwa sekjen PBB itu mengecam keras serangan tersebut.
Perang saudara ini awalnya pecah pada 15 April lalu karena perebutan kekuasaan antara tentara Sudan dan RSF di tengah kekosongan pemerintahan. RSF langsung mendominasi medan perang di Ibu Kota Sudan, Khartoum, dan sejumlah kota di sekitarnya, seperti Omdurman dan Bahri. Saat ini, Omdurman merupakan medan tempur paling sengit. Bagian barat kota tersebut merupakan jalur utama bagi RSF untuk membawa pasokan senjata dan pasukan dari Darfur, wilayah markas utama mereka. Pada Sabtu, tentara Sudan mengumumkan bahwa pasukan khusus mereka menewaskan 20 “tentara pemberontak” dan menghancurkan persenjataannya di Omdurman.
Sejak perang pecah, beberapa upaya perundingan damai sudah digelar, tapi tak ada satu pun yang berhasil mencapai kesepakatan penghentian perang. Akibat perang ini, lebih dari 2,9 juta orang kehilangan tempat tinggal, termasuk 700 ribu yang memilih untuk kabur ke negara-negara tetangga. Situasi ini memicu kekhawatiran perang bakal meluas ke negara-negara sekitar yang berjajar di sekitar jalur Tanduk Afrika, Sahel, dan Laut Merah.