Program Pangan Dunia memperingatkan krisis kemanusiaan di Ukraina mengancam kekurangan pangan yang parah dan kelaparan akut di sana, serta berisiko memicu lonjakan kelaparan dan kekurangan gizi global. Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan jutaan orang Ukraina mengungsi dari rumah mereka, memaksa mereka bersembunyi di tempat perlindungan bom dan kesulitan mendapatkan makanan dan air. Jakob Kern, koordinator darurat Program Pangan Dunia (WFP) untuk Ukraina mengatakan perang telah menjerumuskan banyak orang ke ambang kelaparan. Perang itu juga telah mengancam ketahanan pangan secara global, terutama di titik-titik rawan kelaparan.
Perang telah mengakibatkan rantai pasokan makanan di Ukrina berantakan. Pergerakan barang melambat karena ketidakamanan dan keengganan pengemudi untuk berkendara ke tempat-tempat umum. Wilayah cekungan yang disebut Black Sea Basin, dikenal sebagai lumbung roti Eropa. Wilayah ini merupakan salah satu dari daerah-daerah penghasil biji-bijian dan pertanian yang terpenting dan jalur perdagangan biji-bijian global. Pasukan Rusia dilaporkan telah menahan hingga 300 kapal meninggalkan kawasan Laut Hitam itu.
Kern mengatakan harga makanan dan bahan bakar melonjak, menyebabkan jutaan orang berisiko kelaparan di Ukraina dan khususnya di negara-negara Timur Tengah serta Afrika Utara yang rentan. Dampak konflik di Ukraina telah meluas ke negara lain, memicu gelombang kelaparan besar-besaran di seluruh dunia. Rusia dan Ukraina sendiri menyumbang hampir 30% dari perdagangan gandum global. Pengiriman tersebut sekarang tertunda. Ukraina juga merupakan produsen dan pengekspor gandum nomor 5 di dunia. Sebagai contoh, Mesir mengimpor 80% lebih gandumnya dari Ukraina dan Lebanon mengimpor lebih dari 50%. Kedua negara ini dan negara-negara lain seperti Tunisia, Aljazair dan Yaman yang bergantung pada gandum Ukraina harus mencari sumber lain, mendorong harga pangan semakin mahal.