PBB menyebut pasukan Israel secara sistematis memblokir akses terhadap warga di Gaza. Pemblokiran itu mempersulit penyaluran bantuan di sana yang kini menjadi zona perang tanpa hukum. Jens Laerke selaku juru bicara OCHA, badan kemanusiaan PBB, mengatakan hampir mustahil saat ini untuk mengevakuasi orang-orang yang sakit atau terluka di Gaza, begitu pula untuk memberikan bantuan ke sana terlebih di kawasan selatan. AFP pada Selasa (27/2) memberitakan semua rencana pengiriman bantuan ke wilayah utara juga telah ditolak otoritas Israel beberapa pekan terakhir.
Berdasarkan WHO, bantuan yang terakhir kali diizinkan masuk pada 23 Januari. Konvoi bantuan yang telah dipastikan klir oleh Israel juga diblokir. Hal itu merujuk pada kejadian saat hendak evakuasi 24 pasien Rumah Sakit Al Amal oleh WHO bersama Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) beberapa waktu lalu. PRCS kemudian mengatakan menghentikan operasi di Gaza selama 48 jam karena Israel gagal menjamin keselamatan tim medis daruratnya. Laerke mengatakan PBB akan terus mengingatkan pasukan Israel bahwa mereka mempunyai kewajiban, setidaknya, untuk memfasilitasi “perjalanan yang aman, lancar dan cepat” ketika diperingatkan untuk misi bantuan.
Laerke mengatakan truk bantuan PBB, yang berjalan tanpa penjaga bersenjata, sering kali dihentikan begitu mereka menyeberang ke Gaza oleh kerumunan orang yang sangat membutuhkan makanan dan bantuan lainnya. Namun geng-geng juga tampaknya mengambil bantuan yang kemudian muncul di pasar gelap, tambahnya, memperingatkan akan “semakin rusaknya ketertiban sipil di Gaza”.