PBB memperkirakan bahwa 2022 adalah tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat. Prediksi ini diperkuat dengan terus meningkatnya kekerasan oleh pasukan Israel terhadap warga Palestina sejak 2005. Utusan Timur Tengah PBB Tor Wennesland menyerukan tindakan kilat untuk menenangkan situasi eksplosif dan dengan nyata menuju pembaruan perundingan Israel-Palestina. Ia juga mengatakan, memburuknya keadaan di Tepi Barat dan situasi yang rentan saat ini berakar dari kekerasan puluhan tahun antara warga Israel dan Palestina, minimnya perundingan, dan kegagalan untuk memecahkan isu-isu penting yang memicu konflik Israel Palestina.
Lebih dari 125 warga Palestina telah tewas dalam pertempuran Israel-Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem timur tahun ini saja. Pertempuran telah meningkat sejak serangkaian serangan Palestina menewaskan 19 orang di Israel pada musim semi. Tentara Israel mengatakan sebagian besar warga Palestina yang tewas adalah militan. Kendati begitu para pemuda pelempar batu yang memprotes serangan itu dan orang lain yang tidak terlibat dalam konfrontasi juga telah terbunuh.
Duta besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menyampaikan pidato yang berapi-api kepada Dewan Keamanan PBB pada Jumat pekan lalu. “Rakyat kami, anak-anak kami, pemuda kami dibunuh, dan mereka tidak akan mati sia-sia,” katanya. Duta Besar Palestina itu juga menantang Dewan Keamanan PBB untuk melindungi dan mempromosikan solusi dua negara. Ia pun mengajukan serangkaian pertanyaan yang menyinggung kemungkinan pertumpahan darah lebih lanjut dan perjuangan selama puluhan tahun untuk kebebasan jika perlu, dan kemungkinan tindakan hukum di Internasional Pengadilan tentang pendudukan Israel.