Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo dalam rangkaian acara Energy Transition Day di Bali memamerkan dua proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang masuk ke dalam sistem kelistrikan di Bali. Dua PLTS tersebut adalah PLTS Hybrid di Nusa Penida dengan kapasitas 3,5 megawatt peak (MWp) yang terbentang di atas lahan seluas 4,5 hektare. Untuk menjaga keandalan dari PLTS ini, ditambahkan battery energy storage system (BESS) dengan kapasitas 1,84 megawatt hour (MWh). PLTS ini bisa secara signifikan mengurangi pemakaian BBM yang selama ini berlangsung. Kedua, PLTS Apung Muara Tukad dengan kapasitas 100 kilowatt peak (kWp). PLTS itu terletak di jantung Pulau Dewata dan terapung di bibir Pantai Kuta seluas 350 meter persegi.
Tak hanya itu, PLN juga memasang photovoltaic (PV) atap di 33 lokasi gedung PLN Grup dengan total kapasitas 890,55 kWp. Langkah PLN ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali yang menggalakkan PV atap sebagai wujud menjadikan Bali ramah lingkungan.
Selain PTLS, PLN juga resmi mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Grati 1×100 megawatt (MW) yang direlokasi dari Jawa Timur ke Pesanggaran, Bali. Relokasi pembangkit listrik ini dilakukan untuk memperkuat keandalan pasokan listrik di Bali yang menjadi tuan rumah KIT G-20. PLN memprediksi kebutuhan listrik selama KTT G-20 akan meningkat sebesar 25 persen, yakni dari 846 MW menjadi 980 MW. Bali mempunyai kebijakan agar ke depan bisa menjadi wilayah yang mandiri energi. Artinya, Bali ingin menjadi provinsi yang sepenuhnya dipasok dari listrik berbasis energi terbarukan,