Frekuensi belanja masyarakat tampak meningkat pada Oktober 2022. Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan, indeks frekuensi belanja per 30 Oktober 2022 sebesar 157,9 atau naik dari 157,5 pada bulan sebelumnya. Namun, meski frekuensi belanja meningkat, tetapi rupanya nilai belanja masyarakat terpantau menurun. Pada periode sama, indeks nilai berbelanja masyarakat tercatat 126,5 atau turun dari 128,3 pada akhir bulan sebelumnya. Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengatakan, fenomena ini disebut dengan better value spending. Atau bila menggunakan bahasa sehari-hari, kondisi ini menunjukkan masih ada aktivitas berbelanja masyarakat, tetapi masyarakat lebih memilih untuk barang dengan harga lebih ekonomis. Artinya, masyarakat tetap berbelanja, tetapi lebih ke barang atau jasa yang lebih murah.
Menurut pengamatan Yudo, pola ini cukup mencolok setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari September 2022. Kenaikan harga BBM ini memang mendorong naiknya inflasi pada bulan laporan. Transisi pola konsumsi ini juga bisa dilihat dalam aktivitas berbelanja masyarakat di supermarket maupun restoran. “Jadi di supermarket, setelah kenaikan BBM frekuensi berbelanja mulai kembali tetapi nilai belanjanya turun dibandingkan minggu kenaikan BBM. Kunjungan ke restoran juga naik drastis, tetapi masyarakat lebih memilih menu yang relatif terjangkau atau pergi ke restoran yang lebih terjangkau,” tambahnya.
Meski ada transisi pola konsumsi tersebut, Yudo masih yakin bahwa daya beli masyarakat masih cukup resilien dan masih tangguh dalam menghadapi potensi perlambatan dan resesi global tahun 2023, yang juga tentu berdampak pada perekonomian Indonesia. Meski konsumsi masyarakat masih akan tetap tumbuh, namun konsumsi besarannya tidak akan setinggi pertumbuhan pada kuartal I-2022.