Bank Sentral Eropa (ECB) menyatakan bakal menerapkan kebijakan yang lebih fleksibel untuk meredam kenaikan imbal hasil (yield) obligasi yang kian menggila dan terfragmentasi. Adapun, pada Rabu (15/6/2022), lembaga tersebut melakukan pertemuan ad hoc mendadak untuk membahas perkembangan pasar itu.
Inflasi yang terus melonjak hingga 8,1% pada Mei 2022 mengakhiri stimulus pembelian obligasi besar-besaran pada akhir bulan dan mengumumkan kenaikan suku bunga yang telah lama ditunggu-tunggu untuk Juli. Namun setelah peralihan tersebut, selisih antara yield obligasi pemerintah Jerman dan negara Eropa lainnya mulai meningkat. “Pandemi virus corona telah menyisakan kerentanan jangka panjang dalam ekonomi kawasan Euro yang memang berkontribusi pada transmisi yang tidak merata dari kebijakannya,” kata ECB dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP, Rabu (15/6/2022). Sebelumnya, anggota Dewan Eksekutif ECB Isabel Schnabel mengatakan bahwa kenaikan yield obligasi di sejumlah negara Eropa tidak dapat dibiarkan. Menurutnya, hal ini dapat merusak kebijakan bank.