Pasar Modal RI Himpun Rp162 T per 6 November, 81 Persen dari Target

Pasar modal Indonesia menghimpun dana sekitar Rp162 triliun hingga 6 November 2024. Capaian ini diungkapkan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi dalam sambutannya pada acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2024 yang digelar di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Kamis (7/11). Dalam kesempatan tersebut, Inarno optimistis bahwa target penghimpunan dana sebesar Rp200 triliun dapat tercapai hingga akhir tahun. “Hingga 6 November, sudah ada 156 emisi dengan total dana terkumpul Rp162 triliun. Kami optimis mencapai target Rp200 triliun pada akhir tahun ini,” ujarnya.

Optimisme ini sejalan dengan peningkatan jumlah investor pasar modal yang telah menembus lebih dari 14 juta. Berdasarkan data terbaru, jumlah investor baru bertambah sebanyak 2,21 juta sepanjang 2024, di mana 55 persen di antaranya merupakan investor muda di bawah usia 30 tahun. Hal ini, menurut Inarno, menunjukkan minat dan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap pasar modal Indonesia. “Pada tahun 2024, tren pertumbuhan jumlah investor juga menunjukkan harapan yang menggembirakan. Hingga 4 November 2024, jumlah pertambahan investor sudah mencapai 2,21 juta, sehingga total SID saat ini mencapai lebih dari 14 juta,” jelasnya. Kinerja pasar modal juga tercermin dari peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,53 persen sejak awal tahun, dengan nilai indeks mencapai 7.383 per 6 November.

Dari sisi nilai kapitalisasi, Inarno menyebutkan pasar telah mencapai Rp12.356 triliun, yang menurutnya mencerminkan kepercayaan investor domestik dan asing terhadap prospek ekonomi Indonesia. Inarno menegaskan komitmen OJK untuk terus menjaga stabilitas pasar modal di tengah ketidakpastian ekonomi global, dengan memperkuat pengawasan dan edukasi bagi para investor. “Sebagai bentuk komitmen OJK dan SRU untuk melindungi kepentingan investor, kami menghimbau agar pelaku pasar modal terus mewaspadai risiko investasi dan memahami perkembangan ekonomi global yang dapat memengaruhi kinerja fundamental perusahaan dan harga saham,” tutup Inarno.

Search