Sejumlah pakar mengkritik usulan damai Presiden Amerika Serikat yang bertujuan mengakhiri agresi Israel di Jalur Gaza Palestina. Pengamat kawasan Timur Tengah menilai poin-poin gencatan senjata itu malah ‘memanjakan’ Israel dan merugikan warga Palestina di Gaza. Pakar menilai usulan itu hanya menguntungkan Israel. Peneliti kebijakan luar negeri dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Waffaa Kharisma mengatakan usulan tersebut meletakkan beban kesalahan perang dan genosida sepenuhnya di tangan Palestina atau dalam hal ini Warga Gaza. “Tidak ada pertanggungjawaban sama sekali yang diminta dari Israel. Tidak ada kesalahan yang diakui datang dari Israel. Tidak ada yang menyebutkan genosida yang sedang terjadi,” kata Waffaa.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Sya’roni Rofii juga punya penilaian serupa. Sya’roni mengatakan proposal tersebut tak punya perspektif Palestina karena yang mengusulkan bukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau negara pendukung Palestina. Lebih lanjut, Sya’roni mengatakan seharusnya solusi untuk agresi Israel di Palestina merujuk ke Deklarasi New York, yang sudah diadopsi PBB pada awal September. Dalam Deklarasi New York tertera secara spesifik bagian-bagian yang harus dilaksanakan untuk menciptakan perdamaian.
Sya’roni juga mengkritik terminologi soal orang-orang yang terafiliasi dengan Hamas diberi koridor untuk keluar dari Gaza. Menurut dia, usulan tersebut berpotensi menyuburkan pandangan dan menciptakan stigma seluruh warga Gaza bagian dari Hamas. AS, lanjut dia, juga perlu melibatkan Organisasi Kerja Sama Islam dan Liga Arab untuk menyelesaikan isu Palestina. Tidak bisa hanya mendengar aspirasi Israel.