Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz melarang keras militer Amerika menginjakan kaki dan memanfaatkan ke wilayahnya untuk menyerang kelompok Houthi di Yaman. Tak sampai di situ, untuk membatasi penggunaan tanah dan wilayah udaranya oleh pasukan Amerika, pemerintah Arab juga turut melarang pesawat tempur AS melakukan pengisian bahan bakar di pangkalan udara militer kerajaan. Serta melarang pasukan Amerika menggunakan sistem pertahanan rudal mereka yang ada di Arab Saudi. Larangan ini dirilis Raja Salman demi melindungi Arab Saudi dari serangan Houthi yang belakangan telah memicu sentimen panas di wilayah Laut Timur Tengah.
Adapun konflik ini pertama kali pecah pada November lalu tepatnya setelah Houthi, milisi sayap kanan Iran membombardir rudal ke kapal – kapal yang terafiliasi dengan Israel di Laut Merah. Pejabat Houthi beranggapan blokade dan penyerangan yang mereka lakukan di laut Merah adalah bentuk protes atas agresi Israel di Gaza, Palestina yang telah menewaskan lebih dari 31.000 jiwa. Alasan ini yang membuat Raja Arab memilih untuk netral serta tidak ikut campur dalam konflik yang tengah terjadi antara sekutu Israel dengan militan Houthi. Pemerintah Riyadh bahkan belakangan tampak menahan diri dan mengambil langkah aman mempertahankan perdamaian dengan pihak Yaman.
Sebelum pemerintah Arab meluncurkan larangan untuk militer AS, Pemerintahan Yaman di Sanaa dilaporkan sempat mengirimkan pesan peringatan bagi Arab Saudi untuk tidak membantu agresi Amerika Serikat ke negara mereka. Pesan peringatan itu disampaikan seorang anggota Dewan Tinggi Politik Yaman, di Sanaa yang terafiliasi gerakan Ansarullah Houthi yang menguasai ibu kota Sanaa. “Pesan sudah kami kirim ke Saudi. Isi pesan itu jika Saudi, mengizinkan pesawat-pesawat AS menggunakan wilayah atau zona udaranya untuk menyerang Yaman, maka Riyadh, juga akan menjadi target serangan kami,” kata Mohammed Ali Al Houthi, anggota Dewan Tinggi Politik Yaman.