Nilai tukar rupiah berisiko melemah pada Rabu (17/5/2023) seiring dengan potensi penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif untuk perdagangan hari ini. Namun, rupiah berisiko melemah. “Rupiah diperkirakan ditutup melemah pada rentang Rp14.800-Rp14.860 per dolar AS,” jelasnya dalam publikasi riset. Pada Selasa (16/5/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,10 persen atau turun 15 poin ke posisi Rp14.820 per dolar AS. Sementara indeks dolar terpantau turun 0,10 persen ke level 102,33.
Sejumlah mata uang kawasan Asia yang turut melemah di hadapan dolar AS adalah baht Thailand turun 0,41 persen, won Korea Selatan turun 0,16 persen, yuan China turun 0,16 persen, ringgit Malaysia turun 0,11 persen, dan peso Filipina turun 0,03 persen. Di sisi lain beberapa mata uang Asia yang menguat adalah yen Jepang naik 0,22 persen, rupee India naik 0,14 persen, dan dolar Taiwan naik 0,09 persen. Ibrahim mengatakan dolar berada di bawah tekanan pada perdagangan hari ini. Hal ini disebabkan oleh risiko dolar AS yang default sebagai kebuntuan antara Partai Demokrat dan Partai Republik AS mengenai kenaikkan plafon utang yang tak kunjung selesai.
Selain itu, data ekonomi dari mitra dagang utama, yakni China menunjukkan produksi industri dan penjualan ritel per April 2023 tumbuh dibawah ekspektasi. Data yang dibawah ekspektasi tersebut muncul pasca beberapa indikator ekonomi yang melemah pada awal Mei 2023. “Beberapa indikator ekonomi yang lemah awal bulan ini, menunjukkan pemulihan yang terhuyung-huyung di ekonomi terbesar Asia, bahkan setelah negara melonggarkan sebagian besar tindakan anti-COVID awal tahun ini,” ujar Ibrahim dalam riset, Selasa (16/5/2023). Sentimen terhadap aset yang digerakkan oleh risiko juga diguncang oleh sejumlah pejabat Federal Reserve. Para pejabat The Fed memperingatkan bank sentral dapat bertindak lebih jauh untuk menurunkan inflasi.