Dampak perubahan iklim membuat lahan pertanian tidak dapat ditanami kopi dan beras sehingga akan mengganggu kebutuhan masyarakat Indonesia. Perubahan iklim juga berpotensi menghilangkan nilai ekonomi komoditas beras dan kopi hingga mencapai lebih dari Rp 42 triliun per tahun. Demikian rangkuman hasil penelitian skala nasional terbaru bertajuk Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian Indonesia: Fokus Komoditas Padi dan Kopi. Penelitian dilakukan oleh Edvin Aldrian dan Elza Surmaini yang merupakan tim pakar iklim dan meteorologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta beberapa tim lainnya.
Penelitian itu mengungkap, perubahan iklim akan mengurangi produktivitas komoditas kopi dan beras. Hasil penelitian menehiukan bahwa Indonesia dapat kehilangan nilai ekonomi produksi padi rata-rata Rp 42,4 triliun per tahun pada 2051-2080. Kehilangan ini bahkan akan meningkat menjadi Rp 56,45 triliun per tahun pada 2081-2100. Kerugian serupa juga ditemukan akibat kehilangan nilai ekonomi produksi kopi arabika sebesar rata-rata Rp 3,9 triliun per tahun pada 2051-2080. Kehilangan diproyeksikan akan kembali meningkat sebesar Rp 6,8 triliun per tahun pada 2081-2100.
Laporan itu juga menunjukkan, sebesar 63-100 persen lahan yang saat ini dapat ditanami kopi arabika tidak akan lagi sesuai untuk budidaya. Sementara produktivitas padi nasional turun hingga 8 juta ton pada 2100 atau setara kebutuhan beras untuk 42 juta jiwa. Gangguan untuk menanam kopi arabika terjadi akibat panjang bulan kering yang penting dalam proses pembentukan bunga. Sementara dampak perubahan iklim terhadap lahan persawahan terjadi karena meningkatnya kadar garam atau salinitas akibat kenaikan muka air laut yang sudah dipastikan menurunkan produksi beras.