Milisi Hamas Palestina menyatakan ingin memperpanjang gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza yang semula berlaku empat hari sejak Jumat pekan lalu. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Minggu (26/11) malam, Hamas mengatakan ingin “memperpanjang gencatan senjata setelah periode empat hari berakhir, melalui upaya serius untuk meningkatkan jumlah orang yang dibebaskan dari penjara sebagaimana diatur dalam perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.”
Niat memperpanjang gencatan senjata ini pun disambut baik oleh komunitas internasional. Qatar, sebagai mediator perjanjian gencatan senjata ini, juga mengungkapkan kemungkinan tersebut. Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga mengatakan pihaknya berupaya membantu mengupayakan perpanjangan gencatan senjata ini. Sementara itu, kabinet perang Israel pun memberi isyarat dukungan atas rencana perpanjangan gencatan senjata sementara ini. Kesepakatan gencatan senjata tidak berubah, di mana perpanjangan masa jeda pertempuran bisa diterapkan jika Hamas membebaskan lebih banyak sanderanya. Syarat perpanjangan gencatan senjata tidak berubah, yang berarti Hamas perlu membebaskan 10 sandera tambahan untuk setiap satu hari gencatan senjata tambahan.
Selama gencatan senjata berlangsung Israel memang menghentikan sebagian besar gempurannya di Jalur Gaza. Meski begitu, beberapa serangan tetap terjadi bahkan di Tepi Barat Palestina. Selain itu, Israel juga masih mengepung dua rumah sakit utama di utara Gaza yakni RS Al Shifa dan RS Indonesia.