Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen dan Menteri Keuangan negara lainnya serta Gubernur Bank Sentral melakukan aksi walkout saat utusan Rusia menyampaikan pendapatnya dalam pertemuan G20 di Washington D.C. Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, selaku pemimpin forum tersebut, mengakui bahwa forum G20 diadakan dalam situasi yang menantang. Sri Mulyani mengatakan banyak anggota forum mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sebagai tindakan yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan. Beberapa perwakilan negara yang menyatakan keprihatinan tentang konsekuensi ekonomi, dan protes terhadap partisipasi Rusia dapat dimengerti.
Meski demikian, Sri Mulyani menyatakan bahwa dirinya yakin perbedaan atas perang tidak akan menghalangi kerja sama G20 atau mencegah kolaborasi untuk mengatasi masalah seperti pandemi global dan perpajakan. “G20 terus menjadi forum utama bagi kita semua untuk terus berdiskusi dan berbicara tentang semua masalah. Saya pikir kita akan mampu mengatasi tugas-tugas menantang yang kita hadapi saat ini” ujarnya. Pertemuan G20 pada Rabu (20/4) juga sebagian besar dikhususkan untuk pembahasan risiko ekonomi yang berasal dari invasi Rusia ke Ukraina.
AS dan sekutunya (negara barat) berusaha melibatkan negara-negara lain untuk mengutuk Presiden Vladimir Putin dan membatasi perdagangan dan investasi dengan Moskow, termasuk energi. Tetapi banyak pemerintah di Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Timur Tengah, termasuk China dan India, tetap enggan melakukannya. Pertemuan minggu ini adalah yang pertama dari G20 sejak perang Rusia-Ukraina dimulai dan diawasi dengan ketat untuk melihat tanda-tanda bagaimana badan-badan internasional terkemuka dunia menanggapi agresi Rusia. Negara-negara di Kelompok Tujuh (G7) yang lebih kecil telah memimpin dalam mengejar sanksi terhadap Rusia.