Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, tingkat penggunaan amunisi Ukraina jauh melebihi kapasitas produksi aliansi tersebut dan menguras stok. Stoltenberg lalu mengakui NATO menghadapi masalah, karena waktu tunggu amunisi kaliber besar saat ini meningkat dari 12 bulan menjadi 28 bulan. Namun, dia masih yakin langkah-langkah yang diambil sejauh ini membuat para anggota NATO bisa terus mendukung Ukraina sembari mengisi kembali stoknya sendiri. Para pendukung Ukraina dari Barat–yang telah memasok senjata bernilai miliaran dollar AS–akan bertemu pada Selasa (14/2/2023) di Brussels untuk membahas tuntutan senjata Kyiv. Menurut Stoltenberg, Presiden Rusia Vladimir Putin akan meluncurkan serangan baru.
Kepala NATO itu juga menyatakan, ada diskusi yang sedang berlangsung antara para sekutu tentang tuntutan Ukraina untuk mengirim jet tempur modern ke medan perang. Akan tetapi, dia menyampaikan bahwa fokus utamanya adalah memastikan jumlah persenjataan yang diperlukan mengalir ke pasukan Kyiv tepat waktu, dan sekutu memenuhi komitmen yang telah dibuat pada senjata berat dan kendaraan lapis baja. “Jelas bahwa kami sedang dalam perlombaan logistik,” lanjut Stoltenberg. “Kemampuan-kemampuan utama seperti amunisi, bahan bakar, dan suku cadang harus tiba di Ukraina sebelum Rusia mengambil inisiatif di medan perang. Kecepatan akan menyelamatkan nyawa.”
Duta Besar AS untuk NATO Julianne Smith mengatakan, aliansi itu hendak bekerja sama dengan industri untuk meningkatkan produksi dan memangkas waktu. “Ini sangat penting untuk memastikan bahwa kami dapat terus mendukung Ukraina sambil juga memastikan kami secara kolektif dapat melindungi setiap jengkal wilayah sekutu,” ucapnya.