Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik dan juga dosen Departemen Ilmu Politik FISIP UI, Hurriyah, mengatakan, ada batasan yang jelas mengenai serangan personal dan bukan personal dalam debat capres. Serangan personal adalah pertanyaan tidak berkaitan dengan kebijakan, gagasan, atau pemikiran. Menurut Hurriyah, narasi yang mengatakan bahwa debat capres menyerang calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, menyesatkan. Seharusnya, sebagai penjabat petahana, Prabowo Subianto mampu menjelaskan data yang dianggapnya salah di ruang debat.
Hurriyah menilai ada upaya calon presiden untuk bermain di ranah persepsi masyarakat dengan mengatakan terdapat ”data rahasia” dan “serangan personal”. Masyarakat yang memilih capres secara emosional akan semakin mendukung karena mereka merasa capresnya diserang.
Dosen Komunikasi Politik di Universitas Airlangga, Suko Widodo, berpendapat, tidak pernah ada batasan pertanyaan yang boleh atau tidak boleh disampaikan di ruang debat. Selama pertanyaan itu masih terkait tema, maka tidak masalah. Menurut Suko, fungsi debat adalah promosi diri setiap kandidat presiden. Respons dari capres untuk menanggapi setiap pertanyaan lawan adalah sesuatu yang dinantikan oleh publik. Dari respons itu, masyarakat bisa menilai karakter dan gagasan dari capres. Seharusnya capres tidak menganggap pertanyaan dari kandidat lain sebagai hal yang menyerang, tetapi bagaimana bisa merespons pertanyaan itu untuk merepresentasikan gagasan dan visi misi.