Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, dalam sambutan tertulisnya saat membuka diskusi daring bertema Peluang Indonesia dalam Ketidakpastian Ekonomi Global yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/10/2022) mengatakan kendati ekonomi Indonesia pada 2022 diprediksi berbagai lembaga internasional tumbuh pada level antara 5,1 persen hingga 5,4 persen, aktivitas ekonomi dalam negeri perlu diperkuat dengan mengoptimalkan setiap potensi ekonomi yang kita miliki. Menurut Lestari, saat ini pertumbuhan ekonomi nasional terus berlanjut, namun melambat di banyak negara. Meski demikian, kinerja ekonomi Indonesia saat ini relatif tumbuh kuat dengan kinerja sektor eksternal Indonesia yang sangat positif, didukung neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus ekspor dan impor pada Agustus 2022.
Penanganan dampak krisis global ini tidak hanya bisa mengandalkan kekuatan dalam negeri. Karenanya, diperlukan kolaborasi dan sinergi antarnegara baik dalam satu kawasan maupun antarkawasan. Penanganan krisis, membutuhkan upaya berkelanjutan agar sejumlah krisis lebih cepat terurai. Jika setiap masalah yang terurai bisa segera diatasi, ekonomi Indonesia diharapkan bisa segera bangkit agar terhindar dari ancaman krisis yang lebih dalam lagi. Tenaga ahli Menteri Keuangan RI/ Staf Pengajar FEB UI, Kiki Verico, menyebut, dampak krisis global terhadap Indonesia tidak sebesar sejumlah negara, antara lain karena Indonesia cukup dominan pada industri makanan, minuman, dan tembakau. Sedangkan pada krisis global saat ini, tambahnya, sebagian besar yang terpukul adalah manufaktur sektor elektronik dan otomotif.
Menteri Keuangan RI Periode 2013–2014, Muhammad Chatib Basri berpendapat, sejumlah tekanan geopolitik seperti dampak konflik Rusia-Ukraina, melambatnya ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok serta negara-negara Eropa akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Dengan melemahnya perekonomian di negara-negara tujuan ekspor Indonesia itu, menurut Chatib, akan berdampak juga pada melemahnya perekonomian Indonesia pada 2023. Meski demikian, melemahnya perekonomian Indonesia tidak separah Singapura karena proporsi ekspor Indonesia hanya 25 persen dari GDP. Chatib yakin, meski perekonomian Indonesia akan slow down, namun belum sampai resesi. “Untuk menghadapi kondisi perekonomian yang serba salah saat ini, tidak ada ruang untuk membuat kesalahan,” ujarnya.