Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memuji latihan militer bersama antara Moskow dan Beijing sebagai langkah yang memperkuat kemitraan strategis baru kedua negara tersebut. Lavrov mengatakan, dia menuduh negara Barat mencari cara untuk membuat China marah atas sejumlah masalah, seperti status Tibet dan Taiwan. Dia menambahkan, China terlalu kuat untuk dilawan oleh Amerika Serikat, sehingga Washington dipaksa untuk “memobilisasi” Barat untuk mendukung agenda anti-Beijing-nya.
Ketika perang di Ukraina berkecamuk, China dan Rusia telah meningkatkan latihan militer untuk menyelaraskan kebijakan luar negeri mereka. Kedua negara itu menandatangani kemitraan “tanpa batas” pada Februari tahun lalu, beberapa hari sebelum Moskow mengirim angkatan bersenjatanya ke Ukraina. Hubungan ekonomi Moskow dan Beijing juga berkembang pesat karena hubungan Rusia dengan Barat telah menyusut. Namun, Beijing terlihat melangkah dengan hati-hati.
Lavrov mengatakan AS telah mengumpulkan koalisi negara-negara Eropa untuk menyelesaikan “masalah Rusia ” dengan menggunakan Ukraina sebagai proksi, dengan cara yang sama saat Adolf Hitler mencari “solusi akhir” untuk membasmi orang Yahudi di Eropa. Jurnalis Al Jazeera, Ali Hashem, mengatakan konferensi pers Lavrov adalah upaya untuk mengontekstualisasikan perang ke dalam “konfrontasi Rusia-Barat”.