Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa food estate alias lumbung pangan bukan merupakan program yang langsung jadi. Beberapa proyek yang sedang dikerjakan di beberapa daerah telah berjalan baik dan sesuai target. “Food estate ini bukan proyek instan, butuh proses. Kenyataannya kita memiliki 10 juta hektar yang sebelumnya tidak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Kami sekarang menggarap itu, butuh proses, butuh teknologi agar menjadi lahan produktif,” kata Mentan. Mentan memaparkan bahwa sudah terdapat beberapa food estate yang sudah panen, seperti food estate di Humbang Hasundutan seluas 418,29 hektar, serta food estate di Temanggung dan Wonosobo seluas 907 hektar. Di Kalimantan Tengah juga telah dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan hingga mampu panen padi dengan produktivitas 5 ton per hektar. Begitu pula di Sumba Tengah (Nusa Tenggara Timur) dan Kabupaten Keerom (Papua) yang telah mampu panen jagung seluas 500 hektar. “Food estate tersebut sudah berhasil panen. Food estate Gunung Mas juga sudah panen jagung seluas 10 hektar dan singkong seluas 3 hektar. Kita pantau terus lahan tersebut,” ucapnya.
Mentan mengatakan, sektor pertanian akan selalu menjadi bantalan ekonomi nasional dan mampu menekan inflasi. Sektor pertanian pernah mencatat mampu menurunkan inflasi hingga 1,26 persen pada tahun 2017, sehingga Badan Pangan Dunia (FAO) memberikan apresiasi, dan bahkan keberhasilan swasembada beras mendapatkan apresiasi yang sangat baik. Bahkan, Indonesia sudah menghentikan impor bawang merah sejak 2016, dan pada 2017 Indonesia mengekspor bawang merah ke enam negara, salah satunya Thailand. Begitu pula swasembada beras telah mampu dicapai pada 2018, 2019, dan 2020. Komoditas jagung, telur dan ayam juga swasembada pada tahun 2018. “Saya ingin mengingatkan bahwa pertanian itu bukan hanya untuk jadi bahan diskusi, namun pertanian itu harus dikerjakan. Turun ke lapangan, dan itu yang kami lakukan di Kementan,” kata dia.