Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi membahas Taliban dan nasib perempuan Afghanistan saat bertemu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres. Retno mengatakan pertemuan itu berlangsung di Doha, Senin (19/2), dan membahas tindak lanjut penilaian atau assessment dari PBB mengenai Afghanistan saat ini. “Indonesia menyambut baik Laporan Sekjen PBB mengenai situasi Afghanistan. Indonesia juga mencatat laporan mengenai situasi hak-hak perempuan Afghanistan yang disiapkan oleh UN Women, IOM dan juga UNAMA,” ujar Retno saat konferensi pers secara virtual.
Menurut laporan UN Women, sejak Taliban menguasai Afghanistan terdapat 50 dekrit yang mengikis hak-hak perempuan. Aturan itu belum ada yang dibatalkan hingga saat ini. Retno juga mengatakan Indonesia menyoroti laporan dan respons Taliban, selaku pemerintah interim Afghanistan. Melihat laporan dan respon Taliban, Retno mengatakan terdapat gap yang cukup lebar antara harapan masyarakat internasional dan stakeholders lain terkait tindakan Taliban. Retno lalu menekankan betapa penting pendekatan untuk terus dilakukan.
Indonesia, lanjut dia, menyarankan isu perempuan harus menjadi “salah satu prioritas” dalam engagement komunitas internasional dengan Taliban. “Dalam isu ini, penting bagi PBB untuk terus melakukan koordinasi dengan OKI ujar Retno. Meski demikian, dia mengatakan komunitas internasional saat ini belum bisa memberikan pengakuan ke Taliban. Dia juga menyinggung rekomendasi PBB untuk mengenai utusan khusus untuk isu Afghanistan. Retno mencatat utusan khusus itu bisa bekerja dan deliver. Di kesempatan itu, Retno menggarisbawahi betapa penting memberi perhatian untuk membantu masyarakat Afghanistan.