Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini, ekonomi nasional kuat menghadapi ancaman krisis global tahun depan. Selain itu, pasar keuangan dalam negeri sejauh ini masih tahan banting dari gejolak, ditopang solidnya fundamental ekonomi. Ada beberapa indikator yang mendorong pemerintah optimistis perekonomian dalam kondisi yang baik. Pertama, pertumbuhan ekonomi masih tinggi. Momentum lonjakan pertumbuhan ekonomi terjadi di kuartal II, sebesar 5,4% dan akan terus berlanjut di kuartal berikutnya. Berdasarkan proyeksi berbagai lembaga dunia, ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5% tahun ini dan tahun depan. Pemerintah memprediksi ekonomi 2022 tumbuh berkisar 5,1-5,2%, sedangkan Bank Dunia 5,%, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) 5,3%, dan ADB 5,4%.
Menkeu menegaskan, konsumsi rumah tangga adalah motor penggerak terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan produktivitas industri masih tinggi Hal ini tercermin pada keyakinan dan mobilitas masyarakat yang tinggi. “Google Mobility Index kita masih sangat tinggi, sedangkan indeks keyakinan konsumen relatif masih kuat. Jadi, meski harga BBM jenis Pertalite dan solar naik 30%, konsumsi masih kuat,” tutur dia dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10). Sementara itu, produksi sektor industri menguat, terlihat pada konsumsi listrik bisnis dan industri yang melonjak. Ini mendorong peningkatan kapasitas produksi manufaktur dan juga sektor pertambangan. Artinya, permintaan terutama dari konsumsi dan pasokan bergerak sejalan. Ini bisa diandalkan untuk menjaga inflasi tidak meningkat.
Menkeu mengatakan, Indonesia termasuk negara yang ekonominya kuat menahan guncangan resesi bersama India, Brasil, dan Meksiko. Namun, empat negara ini tetap berisiko terkena efek samping resesi global negara-negara maju. Misalnya, harga komoditas akan turun jika resesi dunia pecah.