Salah satu BUMN, JasaTirta II, menghadapi permasalahan eceng gondok yang masif di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dari total luas 8.300 hektare waduk tersebut, sekitar 300 hektare diantaranya dikuasai eceng gondok. Menurut Direktur Keuangan, SDM, dan Manajemen Risiko Jasa Tirta II Indriani Widiastuti, eceng gondok menjadi gulma, mengganggu kualitas air, serta mengancam produksi listrik di perusahaan Jasa Tirta II.
Waduk Jatiluhur memiliki fungsi memasok sekitar 80 persen air minum untuk Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, air waduk Jatiluhur merupakan sumber air minum untuk wilayah Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, dan Bandung Raya.
Kementerian BUMN akan melakukan terobosan dengan menggandeng ESQ Kemanusiaan, yaitu sebuah lembaga nonprofit yang menghimpun dana zakat, infak, sedekah maupun CSR perusahaan dan donasi lainnya untuk disalurkan dalam program-program kemanusiaan. Kolaborasi tersebut berkaitan dengan pengolahan eceng gondok menjadi pupuk.
Anggota Komunitas Wisata Waduk Jatiluhur, Taufik, berterima kasih kepada BUMN yang telah berkolaborasi untuk mengolah gulma eceng gondok di perairan Waduk Jatiluhur. Kami siap membantu dan mendukung kelancaran program pengolahan eceng gondok ini,” ujar Taufik.
Asisten Deputi Bidang TJSL Kementerian BUMN Edi Eko Cahyono mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh BUMN dalam program ini. Menurut dia, apabila eceng gondok ini dikelola menjadi pupuk, sudah jelas manfaatnya untuk para petani yang membutuhkan. Nanti akan kita lihat, siapa saja petani yang berhak menerima manfaat, dan petani mana saja yang dapat menerima bantuan karena berada di lingkungan sekitar perusahaan atau skala ekonomi tertentu,” kata Edi. Edi menyebut kegiatan TJSL berbasis konservasi merupakan upaya BUMN untuk menjaga keberlangsungan ekosistem sekaligus memelihara Waduk Jatiluhur agar tetap terjaga fungsinya