Secara umum, beratnya beban nelayan terlihat dari tiga aspek, yaitu penurunan pendapatan, minimnya akses bantuan, dan kesulitan memperoleh bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hampir separuh responden (48 persen) mengungkapkan mengalami penurunan pendapatan. Pendapatan mereka turun karena akses penjualan tertutup dan harga ikan turun.
Dampak merebaknya wabah korona membuat nelayan kehilangan sebagian pendapatan dan terpaksa menggantungkan hidup dari tabungan yang dimiliki serta bantuan pemerintah. Sayangnya, belum semua nelayan mendapatkan bantuan. Separuh responden (51 persen) menyatakan tidak menerima bantuan sosial yang disalurkan pemerintah.
Salah satu kendalanya adalah distribusi bantuan. Untuk menyalurkan bantuan di masa pandemi, pemerintah menggunakan data kepemilikan kartu nelayan Kusuka. Namun, berdasarkan temuan survei tersebut, diperkirakan masih banyak nelayan, terutama nelayan kecil, yang tidak terdaftar di kartu nelayan. Kesulitan memperoleh akses bantuan juga dialami nelayan dalam mendapatkan BBM subsidi. Di tengah pandemi, 7 dari 10 nelayan memberikan informasi tentang sulitnya mendapat surat rekomendasi BBM bersubsidi dan mengakses kuota BBM bersubsidi. Akibatnya, para nelayan kecil terpaksa membeli BBM eceran yang harganya lebih mahal.