Beberapa waktu terakhir, beras tampak langka di pasaran. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan pun buka suara terkait penyebab kelangkaan dan melonjaknya harga beras di pasaran beberapa waktu terakhir. Hal ini disebabkan salah satunya oleh masa panen beras di dalam negeri yang lambat sehingga pemerintah harus memasok beras impor ke pasaran agar kebutuhan masyarakat terpenuhi. Untuk itu, pemerintah berupaya menggelontorkan beras impor ke masyarakat. Meski demikian, pemerintah juga memastikan impor beras ini tidak merugikan petani lokal. Biang kerok kelangkaan beras di pasaran juga disebabkan oleh para pedagang yang enggan menjual beras dari Perum Bulog. Pasalnya, beras Bulog hanya menghasilkan keuntungan yang sedikit bagi mereka.
Sebagai informasi, beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) dibanderol Rp 10.900 per kilogram (kg) sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan. “Rupanya kemarin di pasar itu pedagang pasar agak malas jual beras Bulog yang berasnya bagus tapi harganya murah karena disubsidi karena untungnya sedikit cuma Rp 200,” ungkap Zulhas. Oleh karenanya, pemerintah mensubsidi beras Bulog tersebut agar keuntungan bagi para pedagang lebih besar yakni menjadi Rp 500 sehingga menarik mereka untuk menjual beras lebih banyak ke masyarakat. Bahkan, kata Zulhas, pedagang bisa mendapatkan untung lebih besar lagi jika menjual beras dengan ukuran eceran selama pengemasan beras ukuran kecil itu dilakukan sendiri.