Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi berharap kinerja ekspor minyak sawit mentah atau (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya dapat bergerak positif kendati pemerintah menaikkan besaran domestic market obligation atau DMO dari semula 20 persen menjadi 30 persen yang berlaku efektif Kamis (10/3/2022). Langkah tersebut diambil setelah harga minyak goreng dalam negeri tetap tertahan tinggi kendati intervensi pemerintah sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu. Tofan menyebut, eksportir CPO dan produk turunannya, saat ini tengah mempercepat proses administrasi pemenuhan DMO untuk selanjutnya dapat memperoleh persetujuan ekspor dari Kemendag.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menerangkan kebijakan ini harus diambil meskipun adanya permintaan yang besar terhadap minyak sawit mentah atau CPO dalam negeri dari pasar internasional. Lutfi menyebut, dirinya tidak ingin ambil pusing terkait potensi kenaikan harga minyak nabati dunia akibat pembatasan ekspor CPO lewat kenaikan besaran DMO tersebut. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), total ekspor CPO dan turunannya sudah mencapai 2.771.294 ton selama 14 Februari hingga 8 Maret 2022. Sementara porsi DMO untuk kebutuhan industri dalam negeri mencapai 573. 890 ton. Adapun Kemendag sudah menerbitkan 126 persetujuan ekspor kepada 54 eksportir setelah implementasi kebijakan DMO itu sejak 14 Februari lalu. Alokasi DMO itu meliputi RDB Palm Olein sebanyak 463. 886 ton dan CPO mencapai 110. 004 ton.
Berdasarkan data statistik Industri Minyak Sawit Indonesia 2022, total ekspor CPO dan produk turunannya mencapai 2,17 juta ton pada Januari 2022 atau turun 11,7 persen jika dibandingkan dengan torehan Desember 2021 sebesar 2,46 juta ton. Sementara itu, Gapki bersama asosiasi industri sawit lainnya memperkirakan ekspor CPO dan produk turunannya sepanjang Februari 2022 hanya menyentuh di angka 1,6 juta ton atau turun 26,26 persen secara bulanan.