Di eranya Prabowo Subianto sebagai Menhan, Indonesia telah melakukan belanja besar-besaran untuk memodernisasi militernya, bahkan hingga menaikan anggaran pertahanan sebesar 20% menjadi Rp390 triliun. Langkah Prabowo dalam memperbaharui alutsista ini mendapatkan sorotan dari media asal Singapura, Channel News Asia (CNA). Analis militer di Institut Studi Keamanan dan Strategis (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan bahwa memang peralatan tempur yang dimiliki Indonesia sudah tidak dapat lagi menangani perang.
Posisi Indonesia sendiri mendapatkan tekanan teritorial, salah satunya di wilayah Laut China Selatan (LCS). Terbaru, Badan Keamanan Laut (Bakamla) mengusir kapal China di wilayah RI di perairan tersebut. Selain kapal perang, Indonesia juga mengalami pembobolan wilayah yang dilakukan oleh nelayan-nelayan asing yang mencuri ikan. Di sisi lain, Kerja sama militer antarnegara anggota Asean justru makin meningkat. Tahun lalu, blok tersebut menggelar latihan militer gabungan pertamanya, latihan militer lima hari di Laut Natuna Selatan Indonesia, yang difokuskan pada bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana.
Persoalan keuangan juga menjadi sorotan lain dari CNA. Disebutkan bagaimana tahun lalu, anggaran Kementerian Pertahanan hanya sebesar Rp144 triliun. Ini berada di urutan kedua di Asia Tenggara setelah belanja pertahanan Singapura yang mencapai Rp233 triliun “Namun, anggaran pertahanan Indonesia tetap berada di kisaran 0,7 hingga 0,8% dari produk domestik bruto (PDB) selama dekade terakhir – terendah di antara enam negara ekonomi pasar berkembang di kawasan tersebut,” berdasarkan data dari Stockholm International Peace Research Institute.