Demonstrasi yang terjadi pada akhir Agustus 2025 bukan disebabkan kebijakan Presiden Prabowo Subianto, melainkan kondisi ekonomi warisan satu dekade terakhir. Ketidakpuasan masyarakat atas kondisi ini telah berkembang sejak lama.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 sebesar 5,12% belum menunjukkan kualitas pemulihan ekonomi pascapandemi yang optimal. Kondisi ini terjadi secara global, terutama di negara berkembang. Hilangnya 5 juta pekerjaan selama pandemi dan penciptaan lapangan kerja baru di sektor informal bergaji rendah menyebabkan penurunan kelas menengah. Sektor pertanian, retail, akomodasi, dan F&B menyerap banyak tenaga kerja, namun semuanya bergaji rendah.