Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur pada 19-20 Agustus 2024 ini. Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan meskipun inflasi menurun, penurunan suku bunga yang terlalu cepat dapat meningkatkan volatilitas nilai tukar rupiah dan berpotensi melemahkan rupiah karena dapat memicu arus modal keluar. Untuk menjaga perbedaan suku bunga dan menstabilkan mata uang, BI perlu menyelaraskan momentum penurunan suku bunga dengan pelonggaran moneter kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
“Oleh karena itu, BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25% rapat dewan gubernur bulan Agustus ini,” ucap Riefky dalam Seri Analisis Makroekonomi Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024 yang diterima pada Selasa (20/8/2024). Inflasi umum melambat menjadi 2,13% (yoy) pada Juli 2024, turun dari 2,51% pada Juni 2024, didorong oleh penurunan harga pangan pascapanen dan permintaan yang lebih rendah setelah Idul Adha. Inflasi inti naik tipis menjadi 1,95% (yoy) pada Juli 2024, didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan, kopi, dan pendidikan. Inflasi domestik mencapai titik terendahnya dalam 30 bulan terakhir dan secara bulanan mencatatkan deflasi selama tiga bulan berturut-turut, mengindikasikan adanya potensi penurunan daya beli masyarakat. “Perkembangan tingkat inflasi juga memberi sinyal bahwa adanya potensi kebutuhan untuk penurunan suku bunga untuk memacu tumbuhnya permintaan agregat,” terang Riefky.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 3,8% menjadi Rp 15.675 per dolar AS antara 30 Juli dan 14 Agustus, didukung oleh arus modal masuk di tengah ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Cadangan devisa mencapai US$ 145,4 miliar di bulan Juli 2024, meningkat US$ 5,2 miliar dari US$ 140,2 miliar di bulan sebelumnya. Berdasarkan data CME FedWatch Tool, indikator yang mengukur ekspektasi pasar terhadap tingkat suku bunga acuan The Fed, probabilitas The Fed untuk menahan suku bunganya dalam FOMC mendatang sudah menyentuh 0% sejak 24 Juli lalu. Lebih lanjut, meredanya tekanan inflasi juga memberikan momentum terhadap The Fed untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter di tengah turunnya tekanan pasar tenaga kerja. “Pemotongan suku bunga kebijakan pada waktu yang tepat menjadi sangat penting untuk menghindari potensi behind the curve dan memunculkan risiko perlambatan di sektor riil,” tutur nya.