Untuk pertama kali sejak 2014, harga minyak mentah jenis Brent tembus ke level 105 dollar AS per barel pada Kamis (24/2/2022), menyusul operasi militer Rusia ke Ukraina. Pemerintah Indonesia diharapkan memiliki strategi tepat sebagai respons atas lonjakan harga minyak mentah dan dampaknya pada harga bahan bakar minyak atau BBM di dalam negeri.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, mengatakan, sebelum krisis Rusia-Ukraina memanas, pasar minyak mentah dunia sudah ketat, terlihat dari tren kenaikan harga sejak 2021. Tren berlanjut atau tidak tergantung pada perkembangan relasi Rusia-Ukraina. Intensitas konflik yang lebih masif antara Rusia dan Ukraina bakal menyebabkan harga minyak mentah berada di level yang lebih tinggi. Penyebabnya, Rusia memasok 10 persen kebutuhan minyak dunia sehingga produksinya amat menentukan keseimbangan pasokan serta permintaan minyak global. Pemerintah Indonesia harus memastikan pasokan BBM dan minyak mentah tidak terganggu dalam beberapa bulan ke depan. Indonesia, yang sejak 2004 tercatat sebagai negara pengimpor bersih minyak, masih bergantung pada impor BBM dan minyak mentah untuk kebutuhan dalam negeri. Dari konsuinsi BBM nasional 1,4 juta-1,5 juta barel per hari, kemampuan produksi minyak Indonesia kurang dari 700. 000 barel per hari. Di sisi lain, pemerintah perlu menghimbau pengguna BBM untuk menghemat pemakaian dan menyesuaikan harga BBM nonsubsidi untuk mengendalikan konsumsi, kata Fabby.