Imbauan Presiden Joko Widodo kepada para pemudik untuk menunda kepulangan, menurut ekonom, dapat mengurai penumpukan kendaraan yang menyebabkan kemacetan serta memberikan dampak positif pada perekonomian, khususnya peningkatan daya konsumsi masyarakat. Beberapa warga yang melakukan mudik mengaku kepada BBC News Indonesia menghabiskan uang dari Rp5 juta hingga Rp10 juta per orang. Sebagai catatan, Kementerian Perhubungan memprediksi bahwa terdapat sekitar 123,8 juta pemudik pada Lebaran tahun ini. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan, perputaran uang di daerah selama periode liburan Lebaran mencapai Rp92,25 triliun. Konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama perekonomian Indonesia. Sebab, menurut Badan Pusat Statistika (BPS), sektor itu berkontribusi lebih dari 50% atas produk domestik bruto (PDB). Namun di sisi lain, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebut, imbauan itu ‘agak dilematis’ bagi pelaku usaha karena akan menyulitkan penciptaan produktivitas usaha.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah menetapkan libur dan cuti bersama Lebaran tahun 2023 selama tujuh hari dari 19-25 April 2023. Presiden kemudian memberikan imbauan ke pemudik untuk menunda atau memundurkan jadwal kembali mudik setelah 26 April 2023 untuk memecah penumpukan kendaraan, menyusul data Kementerian Perhubungan yang memprediksi sekitar 203.000 kendaraan akan melalui tol Jakarta-Cikampek setiap harinya saat arus balik.
Ekonom dari lembaga riset Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan, selama tiga tahun terakhir, konsumsi rumah tangga saat hari raya keagamaan seperti Lebaran mengalami “mati suri” akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, pandemi menyebabkan kelompok kelas menengah ke atas memilih untuk menyimpan tabungan mereka dan berhati-hati dalam melakukan pengeluaran. Padahal kelompok ini memiliki kontribusi hingga 83% terhadap total konsumsi nasional. Dengan adanya imbauan Jokowi yang disebut sebagai libur tambahan Lebaran itu, Bhima menilai, akan menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi perekonomian nasional, dibandingkan terhentinya sektor usaha padat karya akibat pegawainya tidak bekerja. Bhima memperkirakan dengan cuti Lebaran yang panjang, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ini bisa di atas 5%.