Pabrik plastik di dalam negeri terkena efek konflik di Laut Merah yang terus memanas. Tak hanya memicu keterlambatan pengiriman, serangan yang masih berlangsung juga menyebabkan keterlambatan pengiriman. Situasi ini pun memicu efek domino yang kian melebar, termasuk ke Indonesia. Di mana, sebelumnya sempat terjadi kelangkaan kedelai di dalam negeri. Pemerintah menyebut, hal itu sebagai efek domino ketegangan di Laut Merah. Kini, pabrik plastik di dalam negeri juga kena imbasnyaa. Sejumlah pabrik dilaporkan menghentikan dan mengurangi kapasitas produksinya.
“Efeknya ke pabrik plastik terjadi kenaikan harga. Freight cost (biaya pengiriman) menjadi naik. Padahal kalau dari segi demand tidak ada kenaikan, malah saat ini memang momen slow down. Tapi harga-harga kini naik akibat freight cost naik,” kata Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono. “Juga, sekarang banyak pabrik yang shut down (menghentikan produksi) dan melakukan overhaul (bongkar mesin) dan maintenance shutdown. Memang ada yang sudah jadwalnya, tapi ada juga yang mempercepat karena kena efek tersebut,” tambahnya.
Fajar menuturkan, akibat konflik di Laut Merah, kecepatan kapal-kapal baik kontainer maupun tanker harus melambat, jika berani melewati jalur perdagangan global tersebut. Namun jika tak berani lewat, harus menempuh jalur lain yang lebih lama. “Yang tadinya pengiriman polyester bisa 10 hari jadi 15 hari. Akibatnya biaya naik. Memang belum ada penundaan produksi karena pabrik biasanya menyimpan stok untuk planning 2-4 minggu. Jadi masih ada stok,” katanya.