Laba bersih PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan drastis sebesar 82 persen, dari Rp5,32 triliun pada tahun 2023 menjadi hanya Rp980,80 miliar pada tahun 2024. Penurunan laba yang signifikan ini disebabkan oleh melemahnya kinerja penjualan rokok perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024, pendapatan Gudang Garam tercatat turun tajam dari Rp118,95 triliun menjadi Rp98,65 triliun. Penurunan ini terjadi baik pada penjualan ekspor, yang turun dari Rp1,49 triliun menjadi Rp1,31 triliun, maupun penjualan lokal, yang merosot dari Rp117,45 triliun menjadi Rp97,338 triliun. Penjualan sigaret kretek mesin menjadi kontributor terbesar penurunan, yakni dari Rp96,02 triliun menjadi Rp86,62 triliun.
Selain penurunan pendapatan, beban usaha perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar sekitar Rp300 miliar, dari Rp7,33 triliun menjadi Rp7,69 triliun. Kenaikan beban usaha ini dipengaruhi oleh peningkatan beban penjualan, yang mencakup kenaikan biaya transportasi, pengangkutan, iklan, kompensasi karyawan, perbaikan dan pemeliharaan, serta penyusutan aset tetap. Beban umum dan administrasi perusahaan juga tercatat mengalami kenaikan. Kombinasi penurunan pendapatan dan peningkatan beban usaha semakin memperparah penurunan laba bersih Gudang Garam pada tahun 2024.
Di tengah penurunan laba dan pendapatan, sisi keuangan lain perusahaan menunjukkan tren yang berbeda. Liabilitas atau utang perusahaan tercatat mengalami penurunan yang signifikan dari Rp31,58 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp23,02 triliun pada tahun 2024. Sementara itu, ekuitas perusahaan justru mengalami kenaikan, meskipun tidak terlalu signifikan, dari Rp60,86 triliun menjadi Rp61,91 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kinerja operasional menurun, struktur keuangan perusahaan menunjukkan perbaikan dalam hal pengelolaan utang dan peningkatan modal.