Jumlah petani di Indonesia terus mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini karena profesi tersebut dianggap kurang diminati oleh masyarakat. Petani asal Bojonegoro, Bahrudin (31 tahun), tidak menampik profesi petani memang terus menurun di daerahnya. Masyarakat kurang berminat menjadi petani karena dianggap kurang menyejahterakan. Faktor keuangan membuat pemuda di desanya lebih memilih bekerja di proyek-proyek di kota. Menurut Udin, pemerintah harus berusaha terlibat secara langsung dalam kebijakan pertanian apabila ingin meningkatkan jumlah petani. Merujuk cerita masyarakat dewasa di masa pemerintahan sebelum reformasi, harga pertanian sangat diperhatikan oleh pemerintah yaitu harga panen ditentukan pemerintah dan berlaku bagi petani dan semua tengkulak harus sesuai aturan pemerintah. Tidak seperti sekarang yang harga ditentukan pembeli (bakol). Selain itu, harga pupuk di masa lampau lebih mudah didapatkan oleh petani dengan harga tidak semahal sekarang. Sebab itu, pemerintah harus memperhatikan masalah tersebut apabila ingin meningkatkan jumlah petani di Indonesia.
Pada kesempatan lain, warga Malang, As’ad Syamsul Arifin mengaku memiliki lahan padi di daerah asalnya, yakni Kabupaten Bojonegoro. Ia lebih memilih merantau di Malang menjadi pegawai swasta dibandingkan menjadi petani. Adapun lahan pertaniannya di Bojonegoro dikelola orang lain. Menurut As’ad, pekerjaan petani itu terlihat sulit. Petani baru mendapatkan uang setelah tiga atau empat bulan sekali yakni saat panen. Sementara untuk biaya operasional seperti pupuk dan perawatan selalu dikeluarkan dari masa tanam hingga jelang panen. Harga jual saat panen juga sering tidak stabil. Ditambah lagi, kerja sebagai petani juga menuntut fisik yang kuat. Guna meningkatkan jumlah petani, pemerintah memang harus menyediakan perlengkapan pertanian seperti pupuk dengan harga murah. Kemudian hasil penjualan pertanian seperti padi harus stabil. Harus ada penyuluhan pemakaian teknologi baru. Bukan hanya penyuluhan tetapi juga harus ada pendampingannya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak 2013 terus mengalami penurunan. Saat ini, jumlah petani di Indonesia sebanyak 29,3 juta petani, berkurang dari 2013 yang mencapai 31 juta petani. Petani di Tanah Air juga didominasi petani berusia tua. Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto mengatakan, meski jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) menurun, tapi untuk rumah tangga usaha pertanian (RTUP) naik 8,74 persen. Saat ini, ada 28,4 juta RTUP di Indonesia.