KTT ASEAN di Kamboja Akan Didominasi Isu Myanmar

Para pemimpin ASEAN dijadwalkan akan bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, pada Kamis (10/11). Selain membahas tentang kekerasan di Myanmar, pertemuan selama empat hari itu juga diperkirakan akan membahas tentang perselisihan di Laut China Selatan (LCS), isu pemulihan pandemi, perdagangan, dan perubahan iklim. Jelang KTT ASEAN, Asisten Menteri Luar Negeri AS Daniel Kritenbrink mengatakan bahwa negaranya akan berbicara dengan negara-negara ASEAN tentang tindakan tambahan apa yang perlu diambil untuk menekan junta militer Myanmar. Sejak junta militer merebut kekuasaan pada Februari 2021 lalu, ASEAN telah berusaha memainkan peran pendamai.

Mereka pun menyerukan “tindakan konkret, praktis, dan terikat waktu” untuk mendukung implementasi konsensus lima poin perdamaian yang sebelumnya disepakati April tahun lalu. Sebelumnya, pertemuan menteri luar negeri anggota ASEAN pada Agustus lalu telah mengkritik Myanmar atas kurangnya kemajuan. Mereka juga memutuskan agar masalah tersebut dibahas lebih lanjut oleh para pemimpin ASEAN di Phnom Penh. Pakar menyebut ada kemungkinan bahwa keputusan untuk mengambil tindakan lebih keras atas Myanmar akan terus tertunda bahkan sampai Indonesia kembali mendapatkan rotasi kepemimpinan ASEAN di 2023.

Presiden AS Joe Biden dijadwalkan akan hadir dalam KTT ASEAN. Kehadiran Biden dinilai sebagai upaya untuk menanamkan pengaruhnya di kawasan Asia-Pasifik. China dan Rusia diperkirakan akan mengirimkan delegasi tingkat tingginya yang dikepalai oleh Perdana Menteri Li Keqiang untuk China dan kemungkinan besar Menlu Rusia Sergey Lavrov untuk Rusia. Sebagai pemegang rotasi kepemimpinan ASEAN, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen juga mengaku telah mengundang Ukraina untuk berpartisipasi dalam KTT. Menteri Luar Negeri Ukraina diperkirakan akan hadir. Zelenskyy meminta untuk berpartisipasi melalui video.

Search