Krisis pangan di sejumlah wilayah akan semakin nyata. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengingatkan dunia bahwa krisis pangan akan semakin nyata karena pasokan gandum Ukraina tertahan blokade yang dilancarkan Rusia. “Pertempuran ini membawa krisis negara kami, Ukraina, negara yang mengekspor puluhan juta ton gandum setiap tahun. Karena adanya peperangan ini dan Rusia telah memotong akses di Laut Hitam dan menduduki bagian dari wilayah kami menyebabkan rute perdagangan tradisional terblokir,” ungkap Zelensky. Sedikitnya Ukraina menyumbang 12 persen dari total ekspor gandum dunia, sementara dalam hal pasokan jagung, Ukraina menyumbangkan 16 persen ekspor jagung dunia.
Sebelumnya, negara-negara anggota G7 yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat memperingatkan jika perang di Ukraina telah memicu krisis pangan dan energi global yang mengancam negara-negara miskin. Pertemuan para diplomat G7 di Jerman pada pertengahan bulan ini menyatakan bahwa agresi sepihak Rusia terhadap Ukraina telah menjadi krisis global. Sedikitnya 50 juta orang, khususnya di Afrika dan Timur Tengah, akan menghadapi kelaparan dalam beberapa bulan mendatang. Krisis pangan tersebut makin parah karena India juga memutuskan menahan ekspor gandum mereka untuk menjaga kebutuhan dalam negeri.
Dampak krisis gandum tidak saja menimpa negara-negara Afrika dan Timur Tengah, mengutip Badan Pusat Statistik (BPS) hingga tahun lalu, Indonesia mengimpor sedikitnya 2,8 juta ton gandum senilai 843,6 juta dollar AS. Perang berkepanjangan di Ukraina akan memberikan dampak langsung bagi harga komoditas tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan krisis di Ukraina yang berkepanjangan akan membuat lebih banyak lagi orang menderita karena kelaparan. Hal itu memprihatinkan karena bisa menimbulkan kekacauan politik dan kehancuran kehidupan sosial.