Krisis global menuntut pemerintah segera menyiapkan langkah antisipatif terhadap setiap dampak yang mungkin terjadi, terutama keamanan dan stabilitas pangan dalam negeri.
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mengatakan konflik Rusia-Ukraina, perubahan iklim, serta pandemi covid-19 membutuhkan ketahanan pangan yang stabil karena ancaman krisis sudah di depan mata.
Beberapa organisasi dunia sudah memberikan penilaian tentang ancaman pangan. Kita tahu masalah pangan yang kita hadapi ialah masalah global. Tidak semata-mata terjadi di negara kita sendiri, tapi seluruh umat manusia di dunia, ungkapnya dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Mengantisipasi Ancaman Krisis Pangan Dampak Perang Ukraina-Rusia, kemarin.
Dosen Senior Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Bayu Krisnamurti menuturkan kenaikan harga komoditas pangan sudah terjadi di dunia, seperti gandum yang naik 93,6%, sapi naik 72%, gula 51,6%, kedelai 95,6%, dan yang paling spektakuler ialah CPO yang naik 187% di seluruh dunia.Secara rangkuman, penyebab kenaikan ini ialah recovery pandemi yang tidak seimbang. Jadi recovery lebih cepat dari suplai dan kemudian dihadapkan pada kenaikan harga angkutan, keterbatasan tenaga kerja, kenaikan harga energi, dan sebagainya. Suplai merespons lebih lambat atas hal ini, ucap Bayu yang juga Wakil Menteri Pertanian periode 2009-2011 dan Wakil Menteri Perdagangan periode 2011- 2014 itu.