Krisis Induk Sapi

Sampai Minggu kemarin (3/6), tercatat 315. 791 ekor sapi terpapar virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Jumlah kasus ini hanya yang terdata oleh pemerintah, sementara jumlah kasus aslinya bisa lebih banyak lagi karena banyak peternak enggan melaporkan ternak yang terinfeksi virus PMK ke pemerintah. Lokasi penyebaran PMK juga meluas di 20 provinsi dan akan mengancam populasi sapi nasional yang tercatat 18 juta ekor di tahun 2021.

Yang terbaru, muncul pula wacana dari pemerintah memusnahkan sapi di daerah merah PMK. Rencana ini tentu akan berdampak pula terhadap populasi indukan. Dampak penurunan populasi indukan akan terlihat dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam kondisi normal saja, sapi produktif di Indonesia tak mampu melahirkan sapi untuk melayani kebutuhan daging sapi nasional sebanyak 700. 000 ton per tahun. Menurut peternak, hanya 30% pasokan daging itu yang berasal dari sapi lokal, sisanya impor dalam bentuk daging atau bakalan. Jika kebutuhan daging sapi masih tinggi dan pasokan semakin menipis karena PMK, jawaban logis yang akan ditempuh pemerintah adalah mengimpomya. Krisis populasi sapi akan berlanjut dengan impor daging atau impor sapi bakalan. Peralihan pasokan sapi dari peternak ke impor akan mengubah mata rantai ekonomi (manfaat ekonomi) dari peternak sapi, akan diambil alih importir.

Search